sahara, nadia

sahara.. sahara.. kau gadis pujaan
sahara.. sahara.. kau gadis idaman
sahara kau gadis bunga desa
sahara gadis pujaan
sahara gadis idaman
sahara gadis pujaan
sahara gadis idaman
sahara kau cantik jelita
sungguh berbudi bahasa
sahara  kau cantik jelita
sungguh berbudi bahasa
tiada tercela
banyak gadis remaja, remaja iri padanya
banyak pria pemuda, pemuda senang padanya
gadis sangat mempesona
anggun bila berbusana
gadis sangat mempesona
anggun bila berbusana
tiada tercela
banyak gadis remaja, remaja iri padanya
banyak pria pemuda, pemuda senang padanya
gadis sangat mempesona
anggun bila berbusana
gadis sangat mempesona
anggun bila berbusana
tiada tercela
beruntunglah pemuda yang dapat menyuntingnya
berdampingan dengan putri sahara
beruntunglah pemuda yang dapat menyuntingnya
berdampingan dengan putri sahara
sungguh aku bahagia
sungguh aku bahagia
bila aku dapat menyuntingnya

dirimu sahara

STRATEGI PENGELOLAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Berlakang
Tugas utama guru ialah mendidik dan mengajar yang berarti mendidik dan membelajarkan siswa untuk mencapai tujuan tertentu atau kompetensi. Tujuan atau kompetensi tersebut telah dirumuskan dalam kurikulum yang berfungsi sebagai pedoman pelaksanaan proses pembelajaran. Persoalan berikut adalah bagaimana melaksanakannya dalam proses pembelajaran agar kompetensi yang diharapkan tercapai. Dalam proses pembelajaran yang menjadi persoalan pokok ialah bagaimana memilih dan menggunakan strategi pembelajaran. Strategi pembelajaran menentukan jenis interaksi di dalam proses pembelajaran strategi pembelajaran yang digunakan harus menimbulkan akttivitas belajar yang baik sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai secara maksimal. Khususnya dalam makalah ini mengenai strategi pembelajaran dalam PAI.
Berkaitan dengan di atas, untuk itu dalam makalah ini akan menjelaskan tentang strategi pembelajaran PAI. Guna mengingat betapa pentingnya strategi pembelajaran dalam proses belajar mengajar yang dapat mempengaruhi akhir suatu pembelajaran.

B.     Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas dapat ditarik beberapa rumusan masalah diantaranya:
  1. Bagaimana pengertian strategi pembelajaran?
  2. Bagaimana strategi pengelolaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI)?
  3. Bagaimana strategi penyampaian pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI)?
  4. Bagaimana strategi penyampaian pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI)?
  5. Bagaimana implementasi strategi pengelolaan dan penyampaian   pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI)?
  6. Bagaimana analisis strategi pengelolaan dan penyampaian pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI)?

C.    Tujuan
1.      Untuk mendeskripsikan pengertian strategi.
2.       Untuk mendeskripsikan strategi pengelolaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI).
3.      Untuk mendeskripsikan strategi penyampaian pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI).
4.      Untuk mendeskripsikan strategi penyampaian pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI).
5.      Untuk mendeskripsikan implementasi strategi pengelolaan dan penyampaian   pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI).
6.      Untuk mendeskripsikan analisis strategi pengelolaan dan penyampaian pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI).







BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Strategi  
Secara umum strategi mempunyai pengertian suatu garis garis besar haluan  untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah di tentukan[1]. Namun  jika di hubungkan dengan belajar mengajar, strategi bisa di artikan sebagai pola umum  kegiatan guru murid dalam perwujudan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah di gariskan.[2]
Strategi dasar dari setiap usaha meliputi 4 masalah, yaitu :
1.      Pengidentifikasian dan penetapan spesifikasi dan kualifikasi yang harus di capai dan menjadi sasaran usaha tersebut dengan mempertimbangkan aspirasi masyaraklat yang memerlukanya.
2.      Pertimbangan dan penetapan pendekatan utama yang ampuh untuk mencapai sasaran
3.      Pertimbangan dan penetapan langkah langkah yang di tempuh sejak awal sampai akhir.
4.      Pertimbangan dan penetapan tolak ukur dan ukuran buku yang akan di gunakan untuk menilai keberhasilan usaha yang di lakukan.[3]
Dari keempat poin yang di sebuttkan di atas bila  di tulis dengan bahasa yang sederhana, maka secara umum hal yang harus di perhatikan dalam strategi dasar yaitu; pertama menentukan tujuan yang ingin di capai dengan mengidentifikasi, penetapan spesifikasi, dan kualifikasi hasil yang harus di capai. kedua, melihat alat alat yang sesuai di gunakan untuk mencapai tujuan yang telah di tentukan. ketiga, menentukan langkah langkah    yang di gunakan untuk mencapai tujuan yang telah di rumuskan, dan yang keempat, melihat alat untuk mengevaluasi proses yang telah di lalui untuk mencapai tujuan yang ingin di capai.
Penentuan setrategi pembelajaran adalah tercapainya tujuan pembelajaran. Oleh karena itu, segala kegiatan pembelajaran yang dilakukan yang tidak berorientasi pada pencapaian tujuan pembelajaran tidak dapat dikategorikan sebagai setrategi pembelajaran.[4]
Secara umum setrategi mempunyai pengertian suatau garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah di tentukan, di hubungkan dengan belajar mengajar, strategi bisa di artikan sebagai pola-pola umum kegiatan guru anak didik dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah di tentukan.[5]

B.     Strategi Pengelolaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI)
Strategi pengelolaan pembelajaran sangat penting dalam sistem strategi pembelajaran secara keseluruhan. Bagaimanapun baiknya perencanaan strategi umumnya khususnya strategi pengorganisasian pembelajaran, namun jika strategi pengelolaan tidak diperhatikan maka efektivitas pembelajaran tidak bisa maksimal. Pada dasarnya strategi pengelolaan pembelajaran terkait dengan usaha penataan interaksi antar siswa dengan komponen strategi pembelajaran yang terkait, baik berupa strategi pengorganisasian maupun strategi pengelolaan pembelajaran.
Strategi pengelolaan berkaitan dengan penetapan kapan suatu strategi atau komponen strategi dapat dipakai dalam suatu situasi pembelajaran. Menurut Degeng, paling tidak ada empat hal yang menjadi urusan strategi pengelolaan, yaitu:
1.      Penjadwalan penggunaan strategi pembelajaran,
2.      Pembuatan catatan kemajuan belajar siswa,
3.      Pengelolaan motivasional dan
4.      Kontrol belajar.[6]
a.       Penjadwalan Penggunaan Strategi Pembelajaran
Dalam setiap tindak pembelajaran, seorang siswa atau santri harus mampu membuat perhitungan secara akal sehat tentang strategi pembelajaran apa saja yang akan digunakan dalam suatu kegiatan pembelajaran. Dalam suatu kegiatan pembelajaran seorang siswa tidak mungkin menggunakan satu strategi saja, melainkan harus mampu meramu berbagai strategi sehingga menjadi satu kesatuan yang tepat untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Oleh karena itu seorang siswa dituntut mampu merancang tentang kapan, strategi apa dan berapa kali suatu strategi pembelajaran digunakan dalam suatu pembelajaran. Untuk menentukan strategi apa, kapan dan berapa kali suatu strategi digunakan tentu sangat berhubungan dengan kondisi pembelajaran yang ada.  
b.      Pembuatan Catatan Kemajuan Belajar Siswa
Dalam belajar seorang siswa tentu harus tahu seberapa jauh isi pembelajaran yang telah dipelajari oleh siswa. Karena hal tersebut merupakan suatu kewajiban, maka siswa perlu mengadakan evaluasi terhadap materi yang sudah diterimanya dari guru. Agar dapat diketahui tingkat kemajuan belajar siswa. Namun, permasalahannya adalah kapan, berapa kali dan  bagaimana cara melakukan tes hasil belajar tersebut? Hal ini tentu perlu dipertimbangkan oleh seorang siswa. Dalam hal ini pengetahuan siswa tentang evaluasi pembelajaran akan sangat membantu untuk menjawab pertanyaan: kapan, berapa kali dan bagaimana cara melakukan tes hasil belajar.
Catatan kemajuan belajar siswa sangat penting untuk diadakan, karena dapat digunakan untuk melihat efektivitas dan efisiensi pembelajaran yang dilakukan oleh siswa.  Dari hasil analisa terhadap efektivitas dan efisiensi pembelajaran, siswa dapat menentukan langkah-langkah selanjutnya, seperti (1) apakah strategi pembelajaran yang digunakan telah sesuai atau belum, (2) apakah rendahnya hasil belajar siswa disebabkan oleh faktor guru atau teman lain, (3) apakah penjadwalan penggunaan strategi pembelajaran sudah sesuai atau belum dan lain sebagainya. Faktor-faktor tersebut menjadikan pembuatan catatan kemajuan belajar siswa atau santri sangat penting.
c.       Pengelolaan Motivasional
Pengelolaan motivasional terkait dengan usaha untuk meningkatkan motivasi siswa dalam kegiatan pembelajaran. Jika motivasi belajar siswa rendah, strategi apapun yang akan digunakan dalam pembelajaran, tidak akan mampu untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Oleh karena itu, pengelolaan motivasional menjadi bagian integral dan esensial dalam setiap proses pembelajaran. Setiap strategi pembelajaran pada dasarnya secara implisit telah mengandung komponen motivasional, walaupun dengan cara yang berbeda-beda. Namun, juga ada beberapa strategi pembelajaran yang secara khusus dirancang untuk meningkatakan motivasi siswa.  
d.      Kontrol Belajar
Kontrol belajar terkait dengan kebebasan guru untuk melakukan pilihan pada bagian isinya yang dipelajari, kecepatan belajar, komponen strategi pembelajaran yang dipakai dan strategi kognitif yang digunakan.[7] Agar guru dalam kegiatan pembelajaran dapat melakukan pilihan-pilihan tersebut, maka seorang guru harus mampu merancang kegiatan pembelajaran yang mampu memberikan berbagai alternatif pilihan belajar bagi dirinya (siswa). Jika siswa mampu merancang pembelajaran yang demikian maka sistem pembelajaran yang bersifat individu akan dapat dilakukan. Dengan sistem pembelajaran yang demikian, siswa akan lebih berperan sebagai perancang pembelajaran (instruction designer).[8]   

Bagan 2.1 Strategi Pengelolaan  Pembelajaran
Proses pembelajaran selain diawali dengan perencanaan yang bijak serta didukung dengan komunikasi yang baik, juga harus didukung dengan pengembangan strategi yang mampu membelajarkan siswa. Pengelolaan pembelajaran merupakan suatu proses penyelenggaraan interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan. Proses pengelolaan pembelajaran berada dalam empat variabel interaksi, yaitu : 1). Variabel pertanda (presage variables) yang berupa pendidik; 2). Variabel konteks (contexts variables) yang berupa peserta didik; 3). Variabel proses (process variables) dan variabel produk (product variables) yang berupa perkembangan peserta didik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.  Guna mencapai tujuan pembelajaran yang optimal maka keempat variabel di atas harus dikelola dengan baik. Dan inilah uraian pengelolaan variable pembelajaran :[9]
1.       Pengelolaan guru / pendidik
Pengelolaan guru ataupun pendidik disebut juga sebagai variabel pertanda (presage variable). Guru adalah orang yang bertugas membantu murid untuk mendapatkan pengetahuan sehingga ia dapat mengembangkan potensi yang dimiliki. Tugas mengajar bukan hanya sekedar sebagai profesi kerja, melainkan lebih sebagai suatu tuntutan kewajiban yang harus dilaksanakan dengan baik dan terencana. Dalam pengelolaan pembelajaran yang baik seorang pendidik diharapkan memiliki prinsip mengajar yang baik.
Sebagai seorang pendidik guru harus dapat menempatkan diri dan menciptakan suasana yang kondusif. Karena fungsi guru di sekolah sebagai "Bapak atau Ibu" kedua yang bertanggungjawab atas pertumbuhan dan perkembangan jiwa anak. Sebagaimana yang telah digariskan oleh Ki Hajar Dewantara yaitu sebagai berikut :
Ing Ngarsa Sung Tuladha yang bererti di depan memberi teladan. Di sini menekankan pentingnya modeling atau keteladanan yang merupakan cara yang paling ampuh dalam mengubah perilaku inovasi seseorang (peserta didik).
Ing Madya Mangun Karsa berarti di tengah menciptakan peluang berprakarsa. Asas ini memperkuat peran dan fungsi guru sebagai mitra setara (di tengah), serta sebagai fasilitator (pencipta peluang). Dengan menerapkan asas ini para guru perlu mendorong keinginan berkarya dan berkembang pada peserta didik.
Tut Wuri Handayani artinya dari belakang memberikan dorongan dan arahan. Hal ini sama dengan motivator yang harus mengarahkan atau membimbing dan tidak membiarkan peserta didik melakukan hal yang kurang baik ataupun kurang sesuai dengan tujuan pendidikan.
2.       Pengelolaan peserta didik (variable konteks)
Belajar merupakan kegiatan yang bersifat universal dan multi dimensional. Dikatakan universal karena belajar bisa dilakukan oleh siapapun, kapanpun dan dimanapun. Pengelolaan peserta didik dapat digunakan dengan cara pengelompokan. Guru dapat mengatur dan merekayasa segala pengaturannya berdasarkan situasi dan kondisi siswa ketika proses belajar mengajar. Menurut Andree ada beberapa macam pengelompokan siswa yaitu :
        Task planning group, yaitu bentuk pengelompokan berdasarkan rencana tugas yang akan diberikan oleh guru.
        Teaching group, kelompok ini biasa digunakan untuk group teaching, dimana guru memerintahkan suatu hal pada siswa, pada tahap yang sama mengerjakan tugas yang sama dan pada saat yang sama.
        Seating group, yaitu pengelompokan yang bersifat umum dimana 4-6 siswa duduk mengelilingi satu meja.
        Joint learning group, yaitu pengelompokan siswa dimana satu kelompok siswa bekerja dengan kegiatan yang saling terkait dengan kelompok yang lain. Hasilnya bisa seperti suatu hal yang terkait pula.
        Collaborative group, yaitu kelompok kerja yang menitik beratkan pada kerjasama tiap individu dan hasilnya sebagai suatu hal yang teraplikasi.   
Pengelompokan siswa juga dapat dibuat berdasarkan kepribadian ataupun perilaku mereka. Hal ini seperti dikemukakan oleh Pollard yang membagi pengelompokan menjadi 5 kelompok besar yaitu :
        Impulsivity/Reflexivity. Impulsivity adalah orang yang mengerjakan tugas tanpa berpikir terlebih dahulu ataupun bisa dikatakan tergesa-gesa. Sedangkan reflexivity adalah orang yang sangat mempertimbangkan tugas tersebut tanpa berkesudahan.
        Extroversion/Introversion. Extroversion adalah orang yang ramah, terbuka, bahkan kadang-kadang tergantung pada perlakuan teman-teman sekelompoknya. Sedangkan introversion adalah orang yang sangat tertutup dan pribadi malah terkadang tidak ingin bergaul dengan orang lain.
        Anxiety/Adjusment. Gambaran anxiety adalah orang yang merasa kurang dapat bergaul dengan teman, guru atau tidak dapat menyelesaikan permasalahan dengan baik sedangkan adjustment orang yang merasa dapat bergaul dengan baik dengan siappun dan dapat menyelesaikan masalah dengan baik.
        Vacillation/Perseverance. Gambaran vacillation adalah orang yang konsentrasinya rendah dan berubah-ubah serta cepat menyerap dalam pekerjaan. Sedangkan perseverance adalah orang yang mempunyai daya konsentrasi kuat dan terfokus serta pantang menyerah dalam menyelesaikan pekerjaan.
        Competitiveness/Collaborativeness. Gambaran mengenai competitiveness adalah orang yang mengukur prestasinya dengan orang lain dan sukar bekerjasama dengan orang lain. Sedangkan collaborativeness adalah orang yang sangat bergantung pada orang lain dan tidak dapat bekerja sendiri.   
3.       Pengelolaan pembelajaran (variable proses)
Pengelolaan pembelajaran dikatakan sebagai proses karena pada dasarnya pengembangan kegiatan harus diorientasikan pada fitrah manusia yang mana fitrah itu terdiri dari dimensi yang kesemuanya harus bisa seimbang. Guna menyeimbangkan semuanya diperlukan adanya suatu ketepatan dalam pendekatan dan metode.
a.       Pendekatan
Konsep pendekatan dalam pembelajaran meliputi :
        Keimanan, dalam hal ini adalah memberikan peluang kepada peserta didik untuk mengembangkan pemahamannya tentang Tuhan sebagai sumber kehidupan.
        Pengalaman, yaitu memberikan kesempatan pada peserta didik untuk mempraktekkan dan merasakan hasil-hasil pengalaman ibadah dan akhlak guna meghadapi tugas dan masalah dalam kehidupan.
        Pembiasaan, yaitu memberikan kesempatan pada peserta didik untuk membiasakan sikap dan perilaku baik yang sesuai dengan norma.
        Rasionalitas, yaitu usaha memberikan peranan pada akal (rasio) dalam memahami dan membedakan berbagai bahan ajar dalam standar materi serta kaitannya dengan perilaku yang baik dan buruk dalam kehidupan duniawi.
        Emosional, upaya menggugah perasaan (emosi) peserta didik dalam menghayati prilaku yang sesuai dengan ajaran agama dan budaya bangsa.
        Fungsional, yaitu menyajikan bentuk semua standar materi dari segi manfaatnya bagi peserta didik dalam kehidupan sehari-hari.
        Keteladanan, yaitu menjadikan figur guru serta petugas sekolah ataupun orang tua peserta didik sebagai cermin manusia yang berkepribadian.  
b.   Metode
Beberapa metode yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran yaitu :
1)      Metode Ceramah
Metode ceramah merupakan cara menyampaikan materi ilmu pengetahuan dan agama kepada anak didik dilakukan secara lisan. Yang hendaknya ceramah mudah diterima, isinya mudah dipahami serta mampu menstimulasi peserta didik untuk melakukan hal-hal yang baik dan benar dari ceramah yang disampaikan.
2)      Metode Tanya Jawab
Adalah mengajukan pertanyaan kepada peserta didik yang mana metode ini dimaksudkan untuk merangsang cara berpikir dan membimbingnya dalam mencapai kebenaran.

3)      Metode Tulisan
Adalah metode mendidik dengan huruf atau simbul apapun, ini merupakan suatu hal yang sangat penting dan merupakan jembatan untuk mengetahui segala sesuatu yang belum pernah diketahui.
4)      Metode Diskusi
Merupakan salah satu cara mendidik yang berupa memecahkan masalah yang dihadapi baik dua orang atau lebih yang masing-masing mengajukan argumentasinya untuk memperkuat pendapatnya.

5)      Metode Pemecahan Masalah (problem solving)
Problem solving merupakan cara memberikan pengertian dengan menstimulasi anak didik untuk memperhatikan, menelaah dan berpikir tentang sesuatu masalah tersebut guna memecahkannya.
4.       Pengelolaan lingkungan kelas
Iklim belajar yang kondusif merupakan tulang punggung dan faktor pendorong yang dapat memberikan daya tarik tersendiri bagi proses pembelajaran. Namun sebaliknya, iklim belajar yang kurang menyenangkan dan suasana yang kurang baik akan menimbulkan kejenuhan dan rasa bosan.
Berkenaan dengan hal tersebut sedikitnya terdapat tujuh hal yang harus diperhatikan yaitu: ruang belajar, pengaturan sarana belajar, susunan tempat duduk, penerangan, suhu pemanasan sebelum masuk pada materi yang akan dipelajari .

C.    Strategi Penyampaian Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI)
Strategi penyampaian adalah cara untuk menyampaikan pembelajaran pada siswa atau santri atau untuk menerima serta merespons masukan dari siswa atau santri.
Strategi penyampaian isi pembelajaran merupakan komponen veriabel metode untuk melaksanakan proses pembelajaran. Sekurang-kurangnya ada dua fungsi dari strategi ini, yaitu:1. menyampaikan isi pembelajaran kepada si-belajar, dan 2. menyediakan informasi atau bahan-bahan yang diperlukan siswa untuk menampilkan unjuk-kerja ( seperti latihan dan tes ).[10]
Paling tidak ada lima cara dalam mengklasifikasi media untuk mempreskripsikan strategi penyampaian: 1. tingkat kecermatannya dalam menggambarkan sesuatu, 2.tingkat interaksi yang mampu ditimbulkannya, 3. tingkat kemampuan khusus yang dimilikinya, 4.tingkat motivasi yang dapat ditimbulkannya, 5.tingkat biaya yang diperlukan.

Pada intinya cara penyampaian bahan pembelajaran ini hampir sama atau bisa saja dikatakan sama dengan tahap pengajaran. Akan tetapi agar lebih jelas dan detail, serta mempermudah pemahaman pembaca, penulis akan memilah menjadi sub bab tersendiri.
Aspek yang perlu diperhatikan katika guru atau pengajar menyampaikan bahan pembelajaran ini pada dasarnya sama dengan aspek yang harus diperhatikan pada tahap pengajaran. Karena kegiatan pada tahap pengajaran akan lebih dijelaskan secara rinci disub-bab ini.
  1. Pra Intruksional
Tahap pra instruksional adalah tahapan yang ditempuh guru pada saat ia memulai proses belajar mengajar. Beberapa kegiatan yang dilakukan oleh guru atau siswa pada tahapan ini: (1) Guru mencatat kehadiran siswa dan mencatat siapa yang tidak hadir, tidak perlu diabsensi satu per satu, cukup ditanyakan yang tidak hadir saja dengan alasannya. (2) Bertanya kepada siswa sampai dimana pembahasan pelajaran sebelumnya. (3) Mengajukan pertanyaan kepada siswa tentang bahan pelajaran yang sudah diberikan sebelumnya. (4) Memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai bahan pelajaran yang belum dikuasainya dari pengajaran yang telah dilaksanakan sebelumnya. (5) Mengulang kembali bahan pelajaran yang lalu secara singkat tapi mencakup semua aspek bahan yang telah dibahas sebelumnya.
Pada intinya tahap ini mengingatkan siswa atau peserta didik akan pelajaran yang sudah diajarkan dan tanggapan siswa terhadap pelajaran tersebut yang menunjukkan keberhasilan proses pembelajaran. Disamping itu juga menumbuhkan kondisi siswa dalam merespon kegiatan belajar di kelas.
  1. Intruksional
Tahap kedua adalah tahap pembelajaran atau tahap inti. Yakni tahapan memberikan bahan pelajaran yang disusun guru sebelumnya. Secara umum dapat diidentifikasi beberapa kegiatan sebagai berikut: (1) Menjelaskan kepada siswa tujuan pembelajaran yang harus dicapai siswa. (2) Menuliskan pokok materi yang akan dibahas pada hari itu. (3) Membahas pokok materi yang telah dituliskan tadi. Pembahasan dimulai dari gambaran yang umum menuju gambaran yang khusus atau sebaliknya. (4) Pada setiap pokok materi yang dibahas sebaiknya diberikan contoh-contoh konkret. (5) Penggunaan alat bantu pengajaran untuk memperjelas pembahasan setiap pokok materi sangat diperlukan. Dalam hal ini guru dianjurkan menggunakan media pembelajaran yang sesuai dan cocok. (6) Menyimpulkan hasil pembelajaran dari semua pokok materi. Biasanya kesimpulan ini dibuat oleh guru.
  1. Evaluasi
Tahapan ketiga atau yang terakhir dari strategi belajar mengajar adalah tahap evaluasi atau penilaian dan tindak lanjut. Tujuan dari tahapan ini adalah mengetahui tingkat keberhasilan dari tahapan yang kedua. Kegiatan yang dilakukan pada tahapan ini antara lain: (1) Mengajukan pertanyaan kepada kelas atau kepada beberapa siswa, mengenai semua pokok materi yang telah dibahas pada tahapan yang kedua. (2) Apabila pertanyaan yang diajukan belum dapat dijawab oleh siswa kurang dari 70%, maka guru harus mengulang kembali materi yang belum dikuasai oleh siswa. (3) Untuk memperkaya pengetahuan siswa, materi yang dibahas, guru dapat memberikan tugas atau pekerjaan rumah yang ada hubungannya dengan topik atau pokok materi yang telah dibahas. (4) Akhiri pelajaran dengan menjelaskan atau memberitahukan pokok materi yang akan dibahas pada pelajaran berikutnya.
Ketiga tahap yang dibahas diatas merupakan satu rangkaian kegiatan yang terpadu yang tidak dapat dipisah-pisahkan antara yang satu dengan yang lainnya. Guru harus menguasai ketiga tahapan tersebut agar pembelajaran dapat berjalan dengan efektif dan efisien. Dan hal ini membutuhkan  keprofesionalisasian seorang guru atau pendidik dalam mengorganisasikan pembelajaran.
Hendaknya institusi mengadakan atau mengusahakan pendidikan yang profesional, baik profesional dari segi pendidik maupun hal yang berkaitan dengan pendidikan. Demikian juga profesionalisme dalam pengelolaan atau manajemen atau boleh dikatakan secara lebih detail lagi yaitu pengorganisasian pembelajaran. Guru yang profesional selalu dapat mengorganisasikan pembelajaran dengan baik, tepat dan cepat atau dengan kata lain efektif dan efisien. Maka dari itu kita sebagai calon pendidik harus selalu meningkatkan kualitas dan pengalaman kita agar dapat mengorganisasikan pembelajaran dengan baik, karena suatu pengorganisasian mengilhami keberhasilan peserta didik dalam menerima pelajaran.


D.    Implementasi Strategi Pengelolaan dan Penyampaian   Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI)
Walaupun secara teoritis seorang siswa telah paham tentang langkah-langkah operasional atau strategi pembelajaran. Namun, belum tentu seorang siswa akan mampu berhasil menerapkan strategi tersebut dalam pelaksanaan pembelajarannya. Keberhasilan seorang siswa dalam menerapkan suatu strategi pembelajaran, sangat tergantung dari kemampuan siswa dalam menganalisis kondisi pembelajaran yang ada, seperti tujuan pembelajaran, karakteristik diri (siswa),  kendala sumber belajar dan karakteristik bidang studi. Hasil analisis terhadap kondisi pembelajaran tersebut dapat dijadikan pijakan dasar dalam menentukan strategi pembelajaran yang akan digunakan.
  1. Tujuan pembelajaran
Dalam proses pembelajaran, siswa harus menetapkan terlebih dahulu tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Menurut taksonomi Bloom, secara teoritis tujuan pembelajaran dibagi menjadi atas tiga kategori, yaitu (1) tujuan pembelajaran ranah kognitif, (2) tujuan pembelajaran ranah Afektif dan (3) tujuan pembelajaran ranah psikomotorik.
Adanya perbedaan tujuan pembelajaran akan berimplikasi pula akan adanya perbedaan strategi pembelajaran yang harus diterapkan. Jadi, dalam penerapan suatu strategi pembelajaran tidak bisa mengabaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
  1. Karakteristik siswa atau santri
Karakteristik siswa atau santri sangat berhubungan dengan aspek-aspek yang melekat pada diri siswa, seperti motivasi, bakat, minat, kemampuan awal, gaya belajar, kepribadian dan sebagainya.
Karateristik siswa yang kompleks tersebut harus juga dijadikan pijakan dasar dalam menentukan strategi pembelajaran yang akan digunakan. Tanpa mempertimbangkan karakteristik siswa tersebut, maka penerapan strategi pembelajaran tertentu tidak bisa mencapai hasil belajar secara maksimal. Misalnya, siswa yang memiliki motivasi belajar yang rendah dengan siswa yang memiliki motivasi belajar yang tinggi, tentu membutuhkan strategi yang berbeda pula dalam pembelajaran. Demikian pula siswa atau santri yang memiliki gaya belajar visual dan siswa yang memiliki gaya belajar kinestetik, tentu tidak bisa disamakan dalam proses penerapan strategi pembelajaran. Oleh karena itu, seorang siswa hendaknya betul-betul memahami karakteristik diri (siswa) dalam mengikuti pembelajaran.[11]
  1. Kendala sumber atau media belajar
Media pembelajaran adalah pranata atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan.[12] Sedang AECT menyatakan media sebagai bentuk dari  saluran yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan atau informasi.[13] Ketersediaan sumber atau media belajar, baik berupa manusia maupun non manusia (hardware dan software), sangat mempengaruhi proses pembelajaran.
Beberapa hasil penelitian menyimpulkan bahwa ketersediaan sumber belajar sangat mempengaruhi hasil belajar siswa. Terkait dengan penerapan strategi pembelajaran bahwa setiap strategi pembelajaran digunakan untuk materi atau sisi pembelajaran tertentu, dan juga membutuhkan media atau sumber belajar tertentu. Penyampaian pembelajaran dalam kelas besar menuntut penggunaan jenis media yang berbeda di kelas kecil. Demikian pula untuk pembelajaran perseorangan dan belajar mandiri. Tanpa adanya sumber belajar yang memadai amat sulit bagi seorang siswa untuk melaksanakan proses pembelajaran. Mengingat begitu pentingnya keberadaan sumber balajar, maka setiap siswa sudah seharusnya memiliki kemampuan dalam mengembangkan sumber belajar atau media pembelajaran.
Untuk mengembangkan media pembelajaran diperlukan prosedur-prosedur tertentu yang sesuai dengan jenis kemampuan yang ingin dicapai, struktur isi bidang studi serta memenuhi kriteria umum yang berlaku bagi pengembangan bagi produk-produk pembelajaran. Guna membuat produk media ini digunakan model pengembangan media pembelajaran yang diajukan Sadiman (1990) seperti bagan berikut:
Bagan 2.2. Model Pengembangan Media Pembelajaran
Analisis kebutuhan dilakukan agar media yang dikembangkan betul-betul sesuai dengan yang dibutuhkan. Jika membuat  program media, tentu saja berharap agar media tersebut digunakan atau dimanfa’atkan dalam kegiatan pembelajaran. Program media tersebut hanya digunakan atau dimanfa’atkan kalau memang dibutuhkan atau diperlukan oleh siswa atau santri. Oleh karena itu, langkah pertama dalam pengembangan media pembelajaran adalah melakukan analisis kebutuhan.
Perumusan tujuan merupakan sesuatu yang sangat penting dalam pembelajaran. Tujuan dapat memberi arah kepada proses pembelajaran yang dilakukan,  dan tujuan pembelajaran dapat dijadikan acuan dalam mengukur apakah tindakan kita betul atau salah. Dalam pengembangan media pembelajaran, tujuan harus dijadikan pijakan dalam proses pengembangan. Media yang dikembangkan harus sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.
Dan tujuan yang telah ditetapkan, kegiatan selanjutnya adalah pengembangan atau merumuskan butir-butir materi pembelajaran. Materi pembelajaran harus terkait dengan tujuan, dan setelah materi dirumuskan baru dibuat alat untuk mengukur keberhasilan belajar. Tahap selanjutnya adalah mengembangkan atau melakukan penulisan naskah media pembelajaran. Untuk melihat validitas media pembelajaran, harus dilakukan uji coba. Jika dalam tahap uji coba ternyata media yang dikembangnkan masih ada kekurangan maka harus dilakukan revisi. Jika media pembelajaran sudah dianggap baik, baru dilakukan proses produksi media.    
4.      Karakteristik atau struktur bidang studi
Struktur bidang studi berkaitan dengan hubungan diantara bagian-bagian suatu bidang studi. Struktur bidang studi mata pelajaran fiqih tentu berbeda dengan struktur bidang studi Al-Qur’an. Perbedaan struktur bidang studi tersebut membutuhkan strategi pembelajaran yang berbeda pula. Misalnya dalam mata pelajaran fiqih seorang siswa atau santri  dapat memulai pembelajaran dari pokok pelajaran apa saja, sebaliknya mata pelajaran Al-Qur’an tidak bisa dilakukan seperti itu. Itulah sebabnya, pemahaman seorang siswa atau santri terhadap struktur bidang studi yang dipelajarinya sangat penting dalam penetapan metode pembelajaran yang akan digunakan.   

E.     Analisis Strategi Pengelolaan dan Penyampaian Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI)
Pembelajaran disebut efektif apabila dapat memfasilitasi peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran yang ditentukan. Untuk itu pengajar perlu menyusun strategi yang sesuai dengan karakteristik peserta didik dan mampu membuatnya mencapai kompetensi yang ditentukan dalam tujuan pembelajaran. Berikut langkah-langkah pengembangan strategi instruksional.
1.      Melihat makna kompetensi masa depan dan bebas berkreasi
Hal yang penting harus dinyakini bersama oleh pengajar dan peserta didik adalah makna kompetensi yang terkandung dalam tujuan pembelajaran. Kompetensi dalam tujuan pembelajaran itu bukan saja perlu dipahami artinya tetapi juga dinyakini manfaatnya oleh peserta didik bagi kehidupannya sekarang dan terutama masa datang, yang dalam memahami dan menghayati makna tersebut peserta didik harus sampai pada taraf mendapatkan harapan baru, cita-cita baru, dalam hidupnya pada masa depan. Bagi pengajar itulah visi dalam sistem pembelajaran yang menjadi tanggung jawabnya, yaitu pembelajaran yang mampu menciptakan impian ke masa depan bagi peserta didiknya.
Pengajar tidak perlu diharuskan mematuhi buku pintar tentang satu-satunya bimbingann teknis yang mengikat dan membelenggu kreatifitasnya. Biarkan pengajar mencari sendiri cara yang dipandang terbaik dalam menyampaikan visi pembelajaran tersebut dan menguasai berbagai cara yang dipilihnya setiap saat. Yang harus tetap hidup dalam dada peserta didik adalah dicapinya keyakinan tentang makna kompetensi yang akan dicapainya bagi kehidupannya yang lebih baik saat ini dan terutama masa depan.
2.      Belajar yang konsisten dengan visi
Yang perlu dikuasai pengajar adalah  digunakannya pendekatan sistem dalam melaksanakan pembelajaran. Pengajar perlu mempunyai dan menerapkan wawasan bersistem, bahwa untuk mewujudkan visi pembelajaran itu perlu mempunyai dan menerapkan wawasan bersistem, bahwa untuk mewujudkan visi pembelajaran itu diperlukan cara-cara tentang mendayagunkan semua sumber belajar yang sudah ada dan bila perlu yang harus diadakan olehnya agar interaksi peserta didik dengan sumber belajar tersebut dapat berlangsung dengan aktif, lancar, menarik, menyenangkan, menantang, dan akhirnya menhasilkan kompetensi yang telah ditentukan.cara-cara itu dapat diciptakan secara bebas oleh pengajar dan dapat diubah-ubah sewaktu-waktu sesuai dengan daya cipta, keinginan, perasaan, yang ada padanya. Disamping pengusaan materi yang diajarkan, perbendeharaan tentang pengetahuan dan keterampilan menggunakan berbagai metode, dan media yang diperoleh dari berbagai pelatihan, diperkaya dengan pengalamannya dalam menggunakan berbagai urutan kegiatan penyajian, metode dan media pembelajaran, dan manajemen waktu dalam pembelajaran merupakan referensi bagi pengajar dalam menciptakan cara-cara tersebut agar sesuai dengan karakteristik peserta didik, yang dihadapinya dan visi pembelajaran yang ditentukan. Cara-cara itu disebut strategi pembelajaran.
3.      Pengukuran yang valid dan reliable
Pada akhir proses pembelajaran harus ada bentuk konkrit dari impian itu, yaitu biasa disebut prestasi belajar. Tanpa pengukuran, peserta didik dan pengajar tidak punya dasar untuk mengaku berhasil atau gagal dalam memberikan makna dalam proses pembelajaran.[14] Oleh sebab itu pengembangan strategi pembelajaran ini mutlak diketahui dan diterapkan dalam proses pembelajaran bagi pendidik guna trercapinya keberhasilan suatu pembelajaran sesuai dengan tujuan yang telah di tentukan




BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Strategi mempunyai pengertian suatau garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah di tentukan, di hubungkan dengan belajar mengajar, strategi bisa di artikan sebagai pola-pola umum kegiatan guru anak didik dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah di tentukan.
Strategi pengelolaan, yaitu: 1) Penjadwalan penggunaan strategi pembelajaran, 2) Pembuatan catatan kemajuan belajar siswa, 3) Pengelolaan motivasional dan 4) Kontrol belajar
 Keberhasilan seorang guru dalam menerapkan suatu strategi pembelajaran, sangat tergantung dari kemampuan siswa dalam menganalisis kondisi pembelajaran yang ada, seperti tujuan pembelajaran, karakteristik diri (siswa),  kendala sumber belajar dan karakteristik bidang studi. Hasil analisis terhadap kondisi pembelajaran tersebut dapat dijadikan pijakan dasar dalam menentukan strategi pembelajaran yang akan digunakan
Strategi penyampaian adalah cara untuk menyampaikan pembelajaran pada siswa atau santri atau untuk menerima serta merespons masukan dari siswa








DAFTAR PUSTAKA

Anitah W., Sri, Materi Pokok Strategi Pembelajaran SD. Cet. 2, Jakarta: Universitas Terbuka, 2007.

Baharudin Uril, Pembelajaran Bahasa Arab, Malang: Sukses Offset, 2008

Garis kwww.scried.com/doc/22461833/makalah-konsep-strategi-bahasa-arab

Reigeluth, C.M. dan Merill, M.D. Classes of Instrutional Variabel, Educational Technology,1983

Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer Suatu Tinjauan Konseptual Operasional, Jakarta: Bumi Aksara, 2010

Sadiman, A, Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan dan Pemanfa’atannya, Jakarta Rajawali Press 1990

AEST Tas Force, Educational Technology: Definiti and Glossary of Trem, Washington, DC: Associational For Educational Communication and Technologi 1997















EDISI REVISI
 
                                        MAKALAH
STRATEGI PENGELOLAAN DAN PENYAMPAIAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas
mata kuliah "Desain Pembelajaran Pendidikan Dasar Islam"


Dosen Pengampu:
Dr. H. Abd. Aziz, M.Pd.I
Dr. Luk-luk Nur Mufidah, M.Pd.I


Disusun Oleh:
EKA PUTRA
NIM. 284134055


PASCASARJANA
PROGRAM STUDI  PENDIDIKAN AGAMA  ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
(IAIN) TULUNGAGUNG

 
2015
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, bahwa hanya dengan petunjuk dan hidayah-Nya penulisan makalah ini dapat terselesaikan dan sampai di hadapan para pembaca yang berbahagia. Semoga kiranya membawa manfaat yang sebesar-besarnya dan memberikan sumbangan yang berarti bagi pendidikan pada masa sekarang dan yang akan datang. 
Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad saw. Yang telah membawa kita ke dunia yang penuh dengan kedamaian.
Dengan terselesaikannya pembuatan makalah ini penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada:
1.      Dr. Maftukhin, M.Ag selaku Ketua IAIN Tulungagung yang telah mengupayakan kelancaran perkuliahan.
2.      Prof. Dr. H. Achmad Patoni, M.Ag, selaku direktur Pascasarjana IAIN Tulungagung.
3.      Dr. H. Abd. Aziz, M.Pd.I dan Dr. Luk-Luk Nur Mufidah, M.Pd.I, selaku dosen pembimbing
4.      Semua pihak dan segenap civitas Akademika IAIN Tulungagung yang telah membantu kelancaran penyelesaian makalah ini.
Sebagaimana pepatah yang menyatakan tiada gading yang tak retak, maka penulisan makalah inipun tentunya banyak dijumpai kekurangan dan kelemahannya. Untuk itu kami mohon maaf yang sebesar-besarnya dan mengharap saran-saran penyempurnaan, agar kekurangan dan kelemahan yang ada tidak sampai mengurangi nilai dan manfaat bagi pengembangan studi Islam pada umumnya.

Tulungagung,  Januari 2015
Penulis


ii
 

DAFTAR ISI



HALAMAN JUDUL................................................................. i

KATA PENGANTAR...................................................................................... ii
DAFTAR ISI...................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1
A.    Latar Belakang Masalah ......................................................................... 1
B.     Rumusan Masalah.................................................................................... 1
C.     Tujuan Pembelajaran…………………………………………………….2
BAB II PEMBAHASAN................................................................................... 3
A.    Pengertian Strategi................................................................................... 3
B.     Strategi Pengelolaaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI)..... 4
C.     Strategi Penyampaian Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI).... 12
D.    Implementasi Strategi Pengelolaan dan Penyampaian  Pembelajaran Agama Islam (PAI)    15
E.     Analisis Strategi Pengelolaan dan Penyampaian  Pembelajaran Agama Islam (PAI)             19       
BAB III PENUTUP............................................................................................ 22
Kesimpulan.............................................................................................. 22
DAFTAR PUSTAKA
         







iii
 
iii
 
 


[1]Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), hal. 5
[2]Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasetyo, Strategi belajar Mengajar (Bandung: Pustaka Setia, 1997), hal. 11
[3]Ahmadi dan Prasetya, Strategi Belajar Mengajar…, hal. 12.
[4] Sri Anita W., Materi Pokok Strategi Pembelajaran SD, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2007), hal1.24
[5] Garis kwww.scried.com/doc/22461833/makalah-konsep-strategi-bahasa-arab
[6] Degeng, N.S. Ilmu Pembelajaran; Taksonomi Variabel, (Jakarta: Dirjen Dikti, 1989), h. 11
[7] Ibid.., h. 13.
[8] Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif …,  h. 13.
[9] Abdul Majid. Perencanaan Pembelajaran; Mengembangkan Standar Kompetensi Guru. (Bandung. PT. Remaja Rosdakarya, 2012), hal 111-112
[10]I Nyoman Sudana Degeng, Teori Pembelajaran 1 (Surabaya: Unipa Surabaya, 2005),
[11]Ibid., h. 13-15
[12]Sadiman, A, Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan dan Pemanfa’atannya, (Jakarta Rajawali Press 1990), h. 15.
[13]AEST Tas Force, Educational Technology: Definiti and Glossary of Trem, (Washington, DC: Associational For Educational Communication and Technologi 1997), h. 15.
[14] www.ilmupendidikan.net/2010/03/16/strategi-pembelajaran-inovatif-untuk-peningkatan-mutu-pendidikan-suatu-tinjauan-konseptual-dengan-pendekatan-teknologi-pendidikan.php.