HUBUNGAN ANTARA FILSAFAT, TEORI BELAJAR DAN MODEL KURIKULUM (Pengembangan Kurikulum PAI)

DAFTAR ISI

A.    PENDAHULUAN
1.      Latar Belakang
2.      Fokus Pembahasan
B.     PEMBAHASAN
1. Pengertian filsafat
2. Pengertian Teori-teori Belajar
3. Pengertian Model Kurikulum
4. Hubungan antara Filsafat, Teori Belajar, dan Model Kurikulum
C.     Analisis



















A.    Pendahuluan
1.    Latar Belakang
Manusia adalah makhluk individu dan makhluk sosial. Dalam hubungannya dengan manusia sebagai makhluk sosial, terkandung suatu maksud bahwa manusia bagaimanapun juga tidak lepas dari individu yang lainnya. Sehubungan dengan hal tersebut, banyak persoalan antara persoalan satu dengan persoalan lainya. Persoalan mendasar di Negara Indonesia mengenai krisis moral. padahal moralitas sebagai salah satu tolak ukur dan koridor perilaku serta segenap manifestasi dimensi sosial-kemanusiaan meniscayakan terhadap nilai-nilai kebaikan bersama. Akan bagaimanpu warna Negara jika moralitas suatu bangsa tidak sehat, tentu akan berefek bagi negara tersebut. Pendidikan dengan tujuannya yang ideal diharapkan menjadi media untuk melestarikan nilai-nilai moralitas tersebut.[1]
Berdasarkan UU  Nomor  20  tahun  2003  tentang  Sisdiknas,  pembelajaran  adalah  proses  interaksi peserta   didik   dengan   pendidik   dan   sumber   belajar   pada   suatu   lingkungan   belajar. diharapkan dengan belajar yang baik makan moralitas bangsa ini menjadi baik pula. dengan pemikiran para filosof terdahulu sedikit atau banyak akan mempengaruhi terhadap perkembangan-perkembangan pendidikan di masa selanjutnya. Teori-teori belajar yang dikenal pun tidak bisa dilepaskan dari berbagai aliran filsafat pendidikan sampai kemudian muncul berbagai model kurikulum yang dapat ditawarkan terhadap dunia pendidikan. Teori-teori belajar yang dikenal pun tidak bisa dilepaskan dari berbagai aliran filsafat pendidikan sampai kemudian muncul berbagai model kurikulum yang dapat ditawarkan terhadap dunia pendidikan. Untuk itu dalam makalah ini akan dijelaskan mengenai pengertia filsafat pendidikan, teori-teori belajar, model-model kurikulum dan hubungan antara ketiga komponen tersebut.
2.    Fokus Pembahasan
a.       Pengertian Filsafat
b.      Pengertian Teori-Teori Belajar
c.       Pengertian Model Kurikulum
d.      Hubungan Antara Filsafat Teori Belajar dan Model Kurikulum


B.  Pembahasan
1.      Pengertian Filsafat Kurikulum Pendidikan Islam
Filsafat kurikulum pendidikan Islam merupakan landasan dalam pengembangan kurikulum pendidikan Islam. Di dalam kurikulum pendidikan Islam terdapat orientasi, pendekatan dan model pengembangan kurikulum didasarkan atas filsafat pendidikan Islam.[2]
Filsafat pendidikan Islam memiliki karakteristik yang berbeda dengan filsafat pendidikan yang lainya. ketika filsafat menjadi satu kesatuan dengan pendidikan Islam, kajian kefilsafatan dalam pendidikan Islam berlandaskan pada pandangan Islam. Pandangan Islam adalah prinsip-prinsip yang bersumber dari Al-Qur’an dan Al-Hadis yang dikembangkan oleh para mujahid dari waktu ke waktu. Sebagaimna firman Alloh;
Ÿwur ß#ø)s? $tB }§øŠs9 y7s9 ¾ÏmÎ/ íOù=Ïæ 4 ¨bÎ) yìôJ¡¡9$# uŽ|Çt7ø9$#ur yŠ#xsàÿø9$#ur @ä. y7Í´¯»s9'ré& tb%x. çm÷Ytã Zwqä«ó¡tB ÇÌÏÈ  
Artinya: “dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.” (Q. S Al Israa'; 36)[3]
Semua usaha perubahan yang dilakukan pasti dipertanggungjawabkan dihadapan Tuhan. Maka dari itu untuk menciptakan perubahan perlu dilandasi dengan nilai-nilai agama yang dapat dipertanggung jawabkan kelak. Pada dasarnya kajian filsafat kurikulum pendidikan Islam, objek kajiannya yaitu tuhan, manusia, dan alam. Dalam  kontek pendidikan, kajian pendidikan Islam pokok-pokok kajianya meliputi ontologi (pandangan mengenai hakikat realita yang di pelajari), epistemologi (pandangan mengenai pengetahua yang dipelajari), dan aksiaologi (padangan yang mengenai nilai yang di pelajari).[4]
Adapun aliran filsafat pendidikan yang paling dominan menguraikan tentang isi dari masing-masing aliran filsafat, yang kaitannya dengan pengembangan kurikulum sebagai berikut[5]:
Perenialisme lebih menekankan pada keabadian, keidealan, kebenaran dan keindahan dari pada warisan budaya dan dampak sosial tertentu. Pengetahuan dianggap lebih penting dan kurang memperhatikan kegiatan sehari-hari. Pendidikan yang menganut faham ini menekankan pada kebenaran absolut, kebenaran universal yang tidak terikat pada tempat dan waktu. Aliran ini lebih berorientasi ke masa lalu.
Essensialisme menekankan pentingnya pewarisan budaya dan pemberian pengetahuan dan keterampilan pada peserta didik agar dapat menjadi anggota masyarakat yang berguna. Matematika, sains dan mata pelajaran lainnya dianggap sebagai dasar-dasar substansi kurikulum yang berharga untuk hidup di masyarakat. Sama halnya dengan perenialisme, essesialisme juga lebih berorientasi pada masa lalu.
Eksistensialisme menekankan pada individu sebagai sumber pengetahuan tentang hidup dan makna hidup. Untuk memahami kehidupan seseorang mesti memahami dirinya sendiri. Aliran ini mempertanyakan : bagaimana saya hidup di dunia ? Apa pengalaman itu?
Progresivisme menekankan pada pentingnya melayani perbedaan individual, berpusat pada peserta didik, variasi pengalaman belajar dan proses. Progresivisme merupakan landasan bagi pengembangan belajar peserta didik aktif.
Rekonstruktivisme merupakan elaborasi lanjut dari aliran progresivism. Pada rekonstruktivisme, peradaban manusia masa depan sangat ditekankan. Di samping menekankan tentang perbedaan individual seperti pada progresivisme, rekonstruktivisme lebih jauh menekankan tentang pemecahan masalah, berfikir kritis dan sejenisnya. Aliran ini akan mempertanyakan untuk apa berfikir kritis, memecahkan masalah, dan melakukan sesuatu. Penganut aliran ini menekankan pada hasil belajar dari pada proses.

2.      Pengertian Teori Belajar
Teori belajar adalah suatu teori yang di dalamnya terdapat tata cara pengaplikasian kegiatan belajar mengajar antara guru dan siswa, perancangan metode pembelajaran yang akan dilaksanakan di kelas maupun di luar kelas. Teori belajar tidak-lah semudah yang dikira, dalam prosesnya teori belajar membutuhkan berbagai sumber sarana yang dapat menunjang proses belajar. adapun macam-macam teori belajar sebagai berikut:[6]
a.       Teori Thorndike; Teori ini memandang belajar sebagai suatu usaha memecahkan problem. Berdasarkan eksperimen yang dilakukannya ia memperoleh tiga buah hukum dalam belajar, yaitu law of effect, law of exerise, dan law of readiness
Law of effect menyatakan bahwa tercapaianya keadaan yang memuaskan akan memperkuat hubungan antara stimulus dan respon. Hukum ini dapat bermanfaat dalam proses belajar-mengajar bila program pengajaran menghasilkan keuntungan bagi murid.
Law of exerise menyatakan bahwa respon terhadap stimulus dapat diperkuat dengan seringnya respons yang dipergunakan. Hal ini menghasilkan bahwa pengulangan dalam pengajaran adalah penting untuk dilakukan.
Law of readiness mengajarkan bahwa dalam memberikan respons subyek harus siap dan disiapkan. Hukum ini menyangkut syarat kematangan dalam pengajaran baik fisik maupun intelektual.
b.      Teori Skinner; Konsep teori  skinir ini terletak pada motivasi dalam belajar sangatlah penting, motivasi itu perlu untuk memperkuat hubungan antara stimulus dan respon. dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu “mekanisme” stimulus respons. yang berbeda adalah teknik-teknik yang mereka kembangkan untuk memperkuat respon dan stimulus.

3.      Pengertian Model Pengembangan Kurikulum
Model pengembangan kurikulum merupakan suatu alternatif prosedur dalam rangka mendesain (designing), menerapkan (impelementation), dan mengevaluasi (evaliatoon) suatu kurikulum. Oleh karena itu, model pengembangan kurikulum harus dapat menggambarkan suatu proses sistem perencanaan pembelajaran yang dapat memenuhi berbagai kebutuhan dan standar keberhasilan dalam pendidikan. Sedangkan macam-macam model pengembangan kurikulum diantaranya;
a.       Model Beauchamp; Terdapat lima langkah yang mungkin dilakukan untuk mengembangkan kurikulum yaitu: (1) menetapkan wilayah atau arena yang akan melakukan perubahan suatu kurikulum. (2) menetapkan orang-orang yang akan terlibat dalam proses pengembangan kurikulum misalnya tokoh masyarakat, ahli kurikulum dll. (3) menetapkan prosedur yang akan ditempuh yaitu dalam hal merumuskan tujuan umum dan tujuan khusus, memilih isi, dan  pengalaman belajar serta menetapkan evaluasi.  (4) implementasi kurikulum, berkaitan dengan efektivitas penggunaan kurikulum seperti pemahan seorang guru pada kurikulum, sarana dan fasilitas, manajemen sekolah dan lain-lain. (5) melaksanakana evaluasi kurikulum yang menyangkut: pelaksanaan, desain, keberhasilan anak didik, dan system kurikulum[7]
b.      Model Ralp Tyler[8]; Menurut Tylermodel pengembangan kurikulum harus mengacu pada empat pertanyaan dasar yang harus di jawab yaitu:
1.      what educational purposes should the school seek to attain? (objectives). berkenaan dengan tujuan yang hendak dicapai.
2.      what educational experiences are likely to attain these objctives? (intruktional strategic and content/selecting learning experiences) Berkenaan dengan jenis pengalaman apa yang harus disediakan untuk mencapai tujuan.
3.      How can these education experiences be organized effectively? (organizing learning experiences). berkenaan dengan organisasi kegiatan atau pengalaman belajar yang dinilai efektif untuk mencapai tujuan
4.      How can we determine whether these purposes are being attain? (Assessment and evaluation). berkaitan dengan upaya mekanisme apa yang digunakan untuk mengetahui apakah tujuan sudah dicapai atau belum.
Dengan demikian, model pengembangan kurikulum Tyleritu ada 4 tahap yang harus dilakukan yaitu meliputi:
1)      Menentukan tujuan pendidikan.
2)      Menentukan pengalaman belajar yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.
3)      Menentukan organisasi pengalaman belajar.
4)      Menentukan evaluasi pembelajaran untuk mengetahui apakah tujuan telah dicapai.
c.       Model Howard Nicholls Audedery
Model ini menitik beratkan pada pengembangan kurikulum yang rasional, kususnya kebutuhan untuk kurikulum baru yang muncul dari adanya perubahan situasi. fase analisis situasi ini merupakan sesuatu yang memaksa para pengembangan kurikulum untuk lebih responsif terhadap lingkungan dan terutama dengan kebutuhan anak didik. Langkah-langkah yang digunakan meliputi: (1) analisis situasi (3) pemilihan tujuan (4) pemilihan dan organisasi isi (5) evaluasi[9]


d.      Beauchamp’s System Model
Model pengembangan ini dikembangkan oleh Beauchamp dengan mengemukakan lima langkah pengembangan kurikulum, yaitu;
1.      Menetapkan are atau wilayah di mana kurikulum diperuntuk-kan, wilayah tersebut mencakup sekolah, kecamatan, daerah, kabupaten, propinsi, distrik, atau negara
2.      Menetapkan pihak-pihak yang akan terlihat dalam pengembangan kurikulum beserta tugas-tugas yang akan dilaksanakannya.
3.      Menentukan prosedur yang akan ditempuh, yakni perumusan tujuan (umum dan khusus), memilih isi dan pengembangan belajar, serta menetapkan alat dan jenis evaluasi
4.      Implementasi kurikulum. Agar implementasi kurikulum baru dapat berjalan dengan efektif, diperlukan dukungan dari berbagai sumber, seperti guru, biaya, sarana prasarana, manajemen dan lain sebagainya.
5.      Evaluasi kurikulum. kegiatan ini meliputi: (a) evaluasi pelaksanaan kurikulum oleh guru di sekolah (b) evaluasi terhadap desain kurikulum (c) evaluasi keberhasilan anak didik; dan (d) evaluasi sistem rekayasa kurikulum
e.       Model Peter F. Oliva[10]
Model kurikulum olivia ini terdiri dari tiga ciri utama, yaitu: sederhana (simple), Menyeluruh (Komprehensif) dan sistematis. walaupun model ini mewakili komponen yang paling penting, namun model ini dapat dapat diperluas menjadi model menyediakan detail tambahan dan menunjukkan beberapa proses yang menyediakan detil tambahan dan menunjukan proses yang yang diasumsiakan sebagai midel yang sederhana. model olivia ini memiliki enamam komponen, yaitu; (1) rumusan filosofis (2) rumusan tujuan umum (3) rumusan tujuan khusus (4) desain perencanaan (5) implementasi dan (6) evaluasi
4.      Hubungan Antara Filsafat, Teori Belajar, dan Model Kurikulum
Filsafat dapat dijadikan pengembangan teori belajar dan pengembangan model kurikulum. Filsafat bersifat universal, dapat digunakan dimanapun dan kapanpun. Pengembangan pendidikan melalui teori belajajar maupaun model kurikulum dapat kita kengembangan melalui filsafat pendidikan. Dengan demikian dapat ditekankan bahwa filsafat tidak dapat dipisahkan dengan pendidikan, sebab filsafat itu merupakan jiwa bagi pendidikan[11]
Tidak semua masalah kependidikan dapat dipecahkan dengan mengunakan metode ilmiah semata-mata. Banyak diantara masalah-masalah kependidikan tersebut yang merupakan pertanyaan-pertanyaan filosofis, yang memerlukan Pendekatan filosofis pula dalam memecahkannya. Analisa filsafat terhadap masalah-masalah kependidikan tersebut, dan atas dasar itu bisa disusun secara sistematis teori-teori belajar dan model kurikulum. Disamping itu jawaban- jawaban yang telah dikemukakan oleh jenis dan aliran fisafat tertentu sepanjang sejarah terhadap problematika pendidikan yang dihadapinya, yang tentunya juga akan memperkaya teori-teori belajar. Dengan demikian, terdapat hubungan fungsional antara filsafat dengan teori belajar, dan model kurikulum. Hubungan fungsional tersebut diantaranya ialah:
a.    Dalam arti analisa filsafat, filsafat adalah merupakan salah satu cara Pendekatan yang digunakan oleh para ahli pendidikan dalam memecahkan problematika pendidikan dan menyusun teori-teori belajar, disamping menggunakan metode-metode ilmiah lainnya. Sementara itu dengan filsafat, sebagai pandangan tertentu terhadap sesuatu obyek. Misalnya filsafat idealisme, realisme, materialisme dan sebagainya, akan mewarnai pula pandangan ahli pendidikan tersebut dalam teori-teori belajar yang dikembangkannya. Aliran filsafat tertentu terhadap teori-teori belajar yang di kembangkan atas dasar aliran filsafat tersebut. Dengan kata lain, teori-teori dan pandangan-pandangan filsafat pendidikan yang dikembangkan oleh fillosof, tentu berdasarkan dan bercorak serta diwarnai oleh pandangan dan aliran filsafat yang dianutnya.
b.    Filsafat juga berfungsi memberikan arah agar teori belajar yang telah dikembangkan oleh para ahlinya, yang berdasarkan dan menurut pandangan dan aliran filsafat tertentu, mempunyai relevansi dengan kehidupan nyata, artinya mengarahkan agar teori-teori dan pandangan filsafat pendidikan yang telah dikembangkan tersebut bisa diterapkan dalam praktek kependidikan sesuai dengan kenyataan dan kebutuhan hidup yang juga berkembang dalam masyarakat. Di samping itu, adalah merupakan kenyataan bahwa setiap masyarakat hidup dengan pandangan filsafat hidupnya sendiri-sendiri yang berbeda antara satu dengan yang lainnya, dan dengan sendirinya akan menyangkut kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Di sinilah letak fungsi filsafat dan filsafat pendidikan dalam memilih dan mengarahkan teori-teori belajar dan kalau perlu juga merevisi teori belajar tersebut, yang sesuai dan relevan dengan kebutuhan, tujuan dan pandangan hidup dari masyarakat.
Oleh karena itu tori belajar dan model kurikulum harus disesuaikan untuk pembentukan kepribadian anak didik yang sesuai dengan nilai-nilai aqidan dan spritual kegaman yaitu menurut ajaran agama Islam. Pandangan filsafat menurut agama Islam tertung semuanga pada Al-qur’an yang dijadikan seabgai pegangan dan pedoman hidup bagi orang-orang yang beriman.[12] Baik hidup, mati, kapan, dan dimanapun ia berada adalah kekuasaan dan kehendak yang maha kuasa yaitu Allah SWT.
Filsafat merupakan pertolongan yang sangat penting pula pengaruhnya terhadap seluruh sikap dan pandangan orang, karena filsafat justru hendak memberikan dasar-dasar yang terdalam mengenai hakikat manusia dan dunia. Sebagaiman forman Allah dalam Al Qur’an;
$tBur $oYø)n=yz uä!$yJ¡¡9$# uÚöF{$#ur $tBur $yJåks]÷t/ tûüÎ7Ïè»s9 ÇÊÏÈ  
Artinya; dan tidaklah Kami ciptakan Iangit dan bumi dan segala yang ada di antara keduanya dengan bermain-main (Q. S Al Ambiya’; 16)[13]
Allah menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya itu adalah dengan maksud dan tujuan yang mengandung hikmat. Ada beberapa hal yang penting dalam agama yaitu: Menyakini adanya Tuhan yang menciptakan semua yang ada dilangit dan dibumi dan mengatur semua kehidupan manusia, adanya kebajikan, sifat buruk dan baik dan lain sebagainya, juga diselidi oleh filsafat karena itu meurpakan atau mungkin ada secara umum kebenaran dalam agama didasarkan pada wahtu atau firman-firman Allah, sedangkan kebenaran dalam filsafat didasarkan pada pikiran belaka, agama telah mengaskan bahwa agama itu untuk orang-orang yang berakal dan berilmu pengetahuan. Maksudnya adalah dalam agama terutama gama Islam adanya aturan-aturan yang ditetapkan Allah, dimnaa aturah Allah adalah wajib, sunat, haram, makhru dan mubah. Jadi agama dan pendidikan merupakan dual yang saling berhubungan dan saling berkaitan, maksudnya adalah didalam agama ada aturan-aturan yang harus dipatuhi sedangkan dalam pendidikan juga ada aturan yang harus dipatuhi dan semua atuaran baik agama maupun pendiidkan dijalankan dan diterapkan oleh manusia.
Dimana dapat dikatakan hubungan filsafat dengan teori belajar dan model kurikulum dikatan baik manakala etiap orang sadar atas usaha-usaha pendidkan dalam membangun suatu bangsa guna mempersiapkan generasi muda dan warga negara untuk menjadi manusia yang mengerti atas segalahal dalam kehidupan ini dan menjadi warga negara yang sadar atas perubahan hidup yang lebih baik.


c.    Analisis
Filsafat kurikulum pendidikan Islam merupakan landasan dalam pengembangan kurikulum pendidikan Islam. Filsafat berperan sangat penting dalam pengembangan kuikulum. Landasan filosofis dalam pengembangan kurikulum dan teori belajar dengan rumusan yang didapatkan dari hasil berpikir secara mendalam, analisis, logis, sistematis dalam merencanakan, melaksanakan, membina dan mengembangkan teori belajar dan model kurikulum baik dalam bentuk terencana, terlebih dalam bentuk pelaksanaan di sekolah.
Pengembangan kurikulum dan pada tahap awal sangat dipengaruhi oleh ideologi negara, namun tidak berarti bahwa kurikulum bersifat statis, melainkan senantiasa memerlukan pengembangan, pembaharuan dan penyempurnaan disesuaikan dengan kebutuhan dan tuntutan dan perkembangan zaman yang senantiasa cepat berubah.
Filsafat kurikulum pendidikan Islam pada dasarnya adalah penerapan dan pemikiran-pemikiran filosofis untuk memecahkan masalah-masalah yang sedang terjadi. seperti berubahnya kurikulum ktsp menjadi k13, dengan mengkaji filsafat lebih dalam berbagai permasalahan yang dihadapai manusia, kemungkinan besar dapat diatasi dengan lebih cepat.
Kurikulum memiliki pengaruh terhadap seluruh kegiatan pendidikan. Mengingat pentingnya kurikulum dalam pendidikan dan kehidupan manusia, maka penyusunan kurikulum tidak dapat dilakukan secara sembarangan. Penyusunan kurikulum membutuhkan landasan-landasan yang kuat, yang didasarkan pada hasil-hasil pemikiran dan penelitian yang mendalam. Penyusunan kurikulum yang tidak didasarkan pada landasan yang kuat dapat berakibat fatal terhadap kegagalan pendidikan itu sendiri. Dengan sendirinya, akan berkibat pula terhadap kegagalan proses pengembangan manusia.


DAFTAR RUJUKAN

Arifin, Muzayyin. 2012. Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta; PT Bumi Aksara
 Depag, 2007. Al Quran Terjemah Pdf. Semarang; Cv. Toha Putra,
Fitri, Agus Zaenul. 2013. Manajemen Kurikulum Pendidikan Islam. Bandung;  Alfabeta
 Jalaluddin, 2007. Filsafat Pendidikan, Jogjakarta; Ar-Ruzz Media
Muhajir, As’aril. 2011. Ilmu Pendidikan Pespektif Kontekstual. Jogjakarta; Ar-Ruz Media.
Patoni, Ahmad. 2004. Metodologi Pendidikan Agama Islam, Jakarta; PT. Bina Ilmu
 Zainuddin, 2008. Paradigma Pendidikan Terpadu. Malang; UIN-Malang Pres




[1] As’aril Muhajir, Ilmu Pendidikan Pespektif Kontekstual, (Jogjakarta; Ar-Ruz Media,  2011), hal. 31
[2] Agus Zaenul Fitri, Manajemen Kurikulum Pendidikan Islam, (Bandung;  Alfabeta, 2013),  hal. 49
[3] Depag, Al Quran Terjemah Pdf, (Semarang; Cv. Toha Putra, 2007), hal. 421 
[4] Agus Zaenul Fitri, Manajemen Kurikulum..., hal. 53
[5] Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta; PT Bumi Aksara, 2012), hal. 7
[6] Ahmad Patoni, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta; PT. Bina Ilmu, 2004), hal. 86
[7] Agus Zaenul Fitri, Manajemen Kurikulum...,  hal. 146
[8] Ibid., hal. 134.
[9] Ibid., hal. 142
[10] Ibid., hal. 147-148
[11] Jalaluddin, Filsafat Pendidikan, (Jogjakarta; Ar-Ruzz Media, 2007), hal. 142
[12] Zainuddin, Paradigma Pendidikan Terpadu, (Malang; UIN-Malang Pres, 2008),  hal. 24
[13]  Depag, Al Quran Terjemah..., hal. 489

Tidak ada komentar: