KELOMPOK IX
JANGAN MEMAKI ORANG YANG BERDOSA
مَرَ أَبُوْ الدَرْدَاءِ رضي الله عنه بجماعة قد اجتمعوا على رجل
يضربونه ويشتمونه، فسألهم عن خبره. فقالوا: رجل وقع في ذنب كبير. فقال لهم: أرأيتم
لو وقع في بئر ماذا كنتم تفعلون؟ قالوا: نخرجه من البئر. فقال لهم: إذن لا تسبوه ولا تضربوه، وإنما عظوه وبصّروه واحمدوا الله
الذي عافكم من الوقوع في ذنبه. قالوا: أفلا تبغضه يا أبا الدرداء؟! فقال لهم: إنما
أبغض فعله السيء، فإن رجع عنه فهو أخي. فبكى الرجل المذنب وتاب من فوره.
Abu dardak ra bertemu dengan
sekelompok orang yang menyerubungi seorang laki-laki yang laki-laki tersebut /
mereka memukuli dan mencacimaki laki-laki tersebut maka abu dardak ra
menanyakan kepada mereka perihal lelaki tersebut maka mereka menjawab ini adalah
seorang laki-laki yang terjerumus melakukan dosa besar, maka abu dardak ra
berkata kepada mereka bagaimana pendapat kalian jika seorang laki-laki terjatuh
dalam kedalam sumur apa yang kalian lakukan maka merekapun menjawab kami akan
mengeluarkan dari sumur. Maka demikian, jangan kalian mencacimakinya dan jangan
pula kalian memukulnya, hanya saja nasihatilah ia dan berilah dia petunjuk, dan
pujilah Alloh dzat yang telah menyelamatkan kalian dari terjerumus / jatuh
didalam dosanya. Maka mereka menjawab ; apakah engkau tidak membecinya wahai
abu dardak ? maka abu dardak berkata kepada mereka aku hanya benci perbuatanya
yang jelek, jika ia tobat / kembali dari perbuatan itu maka ia saudaraku. Maka
lelaki yang berbuat dosa itupun menangis dan bertaubat seketika itu.
هذا الموقف من أبي الدرداء رضي الله عنه يتسم بالحكمة في إصلاح
النفوس، كما يقدم لها فقها عظيما في كيفية تغيير المنكر
Pemahaman dari abu
dardak ini mengajarkan memeperbaiki diri dengan hikmah sebagaimana yang besar
dalam tatacara merubah kemungkaran.
فأما عن الدلالة الأولى في هذا الموقف وهي درس الحكمة في إصلاح النفوس، فيظهر ذلك من الخطاب المقنع الذي
أقامه أبو الدرداء مع الرجال الضاربين للرجل المذنب، ولجأ في حواره إلى ضرب المثل
لتقريب المعنى المراد وليكون الكلام أكثر إقناعا.
Adapaun petunjuk
pertama dalam pemahaman ini adalah mengajarkan hikmah (santun) dalam memperbaiki diri, hal tersebut
terlihat jelas dari percapakan yang dilakukan oleh abu dardak ra bersama
laki-laki / orang-orang yang memukul lelaki yang berbuat dosa dan karena
terjadinya di dalam percakapnnya abu dardak ra kepada memukul sesama untuk
mendekatkan makna yang di kehendaki dan agar pembicaraan itu mencakup bnayak
hal.
فقال لهم: أرأيتم لو وقع في بئر، ماذا كنتم تفعلون؟! وهذا سؤال يحرك
فيهم روح اللإنقاذ والإعانة والإغاثة لمن وقع في كرب أو شدة، ولذلك كانت الإجابة
منهم: نخرجه من البئر.
Maka abu dardak
bertanya pada mereka: bagaimana pendapat kalian jika ia (laki laki)jatuh ke
dalam sumur?pertanyaan ini menggerakkan semangat mereka untuk menolong orang
yang terjerumus dalam kesusahan atau kepayahan, oleh karena itu maka jawaban
mereka adalah:kami akan mengeluarkan mereka dari sumur.
وبعد أن أسس ومهّد أبو الدرداء لنصيحته التي يرغب في أن يوجهها لهؤلاء
الرجال، أصبح الطريق مفتوحا في قلوبهم وعقولهم لنصيحته. فقال لهم: إذن لا تسبوه
ولا تضربوه، وإنما عظوه وبصّروه. ثم قال يذكرهم بأن ما هم فيه من طاعة، هو من
توفيق الله تعالى لهم وفضل الله تعالى عليهم وليس من أنفسهم، فليحمدوا الله تعالى
على توفيقه لهم، يظهر هذا المعنى من قول أبي الدرداء للرجال: واحمدوا الله الذي
عافاكم من الوقوع في ذنبه.
Setelah abu dardak
mengatur dan membangun nasihatnya yang menimbulkan simpati kepada para lelaki
itu maka bukalah jalan dari dalam hati dan akal mereka untuk menerima nasihat
itu maka abu dardak ra berkata kepada mereka: jika demikian janganlah kalian
menghinanya dan jangan pula kalian memukulnya hanya sajanasihatilah ia dan
berikan ia petunjuk. Kemudian abu dardak mengingatkan mereka sesungguhnya
sesuatu yang ada dalam diri mereka yang berbentuk ketaatan itu adalah merupakan
pertolongan dan anugerah allah atas mereka buka dari dia sendiri, maka
hendaklah mereka semua memuji allah atas pertolongan allah kepada mereka semua
maka (ungkapan) dapat dilihat dari ucapan abu dardak kepada para lelaki
tersebut: dan memuji kalian semua kepada allah dzat yang telah menyelamatkan
kalian semua dari terjerumus ke dalam dosanya (laki laki).
وأما عن الدلالة
الثانية في هذا الموقف فهي:
فقه تغيير المنكر، فالعقاب وسيلة من وسائل تغيير المنكر يختص بها ولي الأمر، كل في
موقعه، الرجل في بيته، المدير في عمله ... وهكذا. أما على مستوى الدعوة إلى الله
تعالى وعلى مستوى العلاقات الاجتماعية فلا مكان لوسيلة العقاب، وإنما تكون المقدمة
للحوار المقنع الذي يسيطر على العقول والقلوب فيحدث التحول العظيم للإنسان من
مظاهر الشر إلى الخير والفضيلة.
Adapun petunjuk yang kedua dari
pemahaman ini adalah pemahaman untuk merubah kemungkinan, hukuman adalah 1
sarana dari bebrapa sarana/ cara mengubah kemungkaran yang khusus di lakukan
oleh pemerintah, masing-masing sesuai tempatnya, laki laki (memiliki kekuasaan)
dalam atau terhadap pekerjaanya dan begitulah seterusnya. Adapun untuk
menyebarkan dakwah kejalan Alloh dan menyebarkan hubungan-hubungan persatuan
maka tidak ada tempat untuk sarana hukum, hanya saja awalannya itu
diperuntukkan bagi percakapan yang dapat menguasai akal dan hati maka
terjadilah perubahan yang besar bagi manusia yaitu dari kejelekan yang nyata
menuju kebagusan dan kemulnyaan.
فإن كان العقاب وسيلة للسيطرة على الجسد وأعضائه، فإن الحوار المقنع
وسيلة للسيطر على الفكر والمشاعر. ولقد حوّل رسول الله مجتمعا كاملا من الضلال إلى
الهداية عن طريق الإقناع العقلي والتأثير في المشاعر. قال الله تعالى:
ôs)s9 £`tB ª!$# n?tã tûüÏZÏB÷sßJø9$# øÎ) y]yèt/ öNÍkÏù Zwqßu ô`ÏiB ôMÎgÅ¡àÿRr& (#qè=÷Gt öNÍkön=tæ ¾ÏmÏG»t#uä öNÍkÅe2tãur ãNßgßJÏk=yèãur |=»tGÅ3ø9$# spyJò6Ïtø:$#ur bÎ)ur (#qçR%x. `ÏB ã@ö6s% Å"s9 9@»n=|Ê AûüÎ7B
ÇÊÏÍÈ
Jika hukuman itu merupakan sarana untuk
menguasai badan dan anggota badan maka percakapan adalah merupakan sarana untuk
menguasai pikiran dan hati sungguh Rosululloh
saw telah mengubah perkumpulan/golongan yang sempurna dari kesesatan
menuju hidayah mengunakan jalan akal (logis) dan memberi kesan dalam kehidupan
Alloh saw berfirman: “Sungguh Allah telah
memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus diantara
mereka seorang Rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada
mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada
mereka Al kitab dan Al hikmah. dan Sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu,
mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata.”
واهتدى الصحابة بهدى رسول الله في إحداث التغيير في المجتمع عن طريق
الفكر والقلب، وهذا عمر بن الخطاب رضي الله عنه يعطي شاعرا كان يهجو الناس بسبب
شدة الفاقة والحاجة، فلما أغناه عمر انقطع الشاعر عن هجاء الناس، فأصبح الناس
يتحدثون: لقد قطع أمير المؤمنين لسان الشاعر بكرم عطائه
Para sahabat
mendapat petunjuk dengan petunjuknya Rosululloh saw dalam hal memperbarui
perubahan dalam golongan dari cara pikiran dan hati, sahabat itu adalah umar
bin kotob yang member seorang penyanyi yang menghina manusia sebab mendesaknya
kebutuhan dan hajat, ketikan umar mencukupi kebutuhanya maka penyanyi tersebut
berhenti menghina manusia maka manusiapun saling berbicara ; sungguh amirul
mukminin telah memotong lisan penyanyi dengan kemuliyaan pemberianya.
دلالة ثالثة في هذا الموقف وهي: الأثر الطيب للأسلوب الحكيم لأبي الدرداء في معالجة هذا الشجار
والاشتباك، حيث تحول الضاربون إلى واعظين. تحولوا من جهد الإدانة إلى جهد الإعانة،
وأيضا تحول الرجل بقلبه وعقله عن الضلال والذنب وأعلن توبته.
Petunjuk ketiga
dalam pemahaman ini adalah perkara/bekas yang baik bagi seorang pembicara yang
bijaksana kepada abu dardak di dalam mengobati atau menyembuhkan pertengkaran
dan perselisihan ini sehingga para pemukul berubah menjadi para penasehat, dan
juga laki laki tersebut dengan hati dan akalnya berubah/ berpindah dari
kesesatan dari dosa dan iapun menampakkan taubatnya.
ومن هنا يتضح لنا أن المسيء المذنب يحتاج دعو من الصالحين، لتقوية روح
الخير والإيمان بداخله، بدلا من أن تحمل عليه بالضرب والعقاب، فيتمادى ونكون عونا
للشيطان عليه.
Dari keterangan
tersebut/ini jelaslah bagi kita bahwa sesungguhnya orang orang berperilaku
jelek yang melakukan dosa itu membutuhkan dorongan dari orang orang sholeh,
untuk memperkuat semangat kebaikan dan iman di dalam dirinya sebagai ganti dari
membebani mereka dengan pukulan dan hukuman yang menyebabkan ia terus menerus
menetapi dosa dan kita menolong setan untuk menguasai.
Hikmah
1. Hikmah yang pertama bahwasanya Abu Dardak mengajarkan
kepada kita untuk santun dan tidak berbuat dholim pada orang lain. Sebagaimana Abu Dardak bertemu dengan
sekelompok orang yang mereka itu memukuli dan mencacimaki laki-laki yang mereka
anggap berbuat dosa besar. Maka peran Abu Dardak saat itu melerai kejadian
tersebut dengan cara memberikan nasihat yang menimbulkan
simpati pada sekelompok
orang tersebut. Maka terbukalah hati dan pikiran mereka untuk
berbuat baik pada sesama.
2. Hikmah yang
kedua adalah dengan sarana hukuman untuk mengubah kemungkaran khusus
yang dilakukan pemerintah. Adapun dalam menyebarkan dakwah ke jalan Allah
menjalin hubungan-hubungan persatuan maka tidak menggunakan hukuman, tetapi
menggunakan percakapan. Lebih jelasnya jika hukuman itu merupakan sarana untuk menguasai badan
dan anggota badan maka percakapan adalah merupakan sarana untuk menguasai
pikiran dan hati. Seperti
halnya Rosululloh
saw telah mengubah perkumpulan/golongan yang sempurna dari kesesatan
menuju hidayah mengunakan jalan akal (logis) dan memberi kesan dalam kehidupan
3. Hikmah yang ketiga adalah dengan perkara
atau bekas yang baik bagi seorang pembicara yang bijaksana kepada abu
dardak di dalam mengobati pertengkaran ataupun perselisihan. Yang mulanya para pemukul
berubah menjadi para penasehat, dengan hati dan akalnya ia bisa berubah dari
kesesatan ataupun dosa dan ia pun mampu menampakkan taubatnya.
والله أعلم
Tidak ada komentar:
Posting Komentar